BONEKA ANAK PEREMPUAN
Di siang yang sangat panas menyengat,
para murid Sekolah Dasar telah menyelesaikan tugas sekolahnya dan bergembira
karena bel pulang telah berbunyi.
Terdapat seorang murid laki-laki sekitar kelas 2,
berjalan sendiri menuruni jalanan dengan sepatu yang dibawa di tangannya. Ketika
anak laki-laki itu sedang enak berjalan di jalanan yang sangat panas, tiba-tiba
ada sebuah boneka yang jatuh di depannya. Ia berhenti sejenak karena kaget.
Boneka tersebut terjatuh dengan kondisi kepala sudah
hampir putus, keua tangan hilang dan kakinya tinggal satu.
Anak kecil itu tidak merasa takut ataupun curiga sama
sekali. Tanpa dipikir panjang ia langsung menendang boneka tersebut kearah
seekor kucing di seberang jalan yang sedang berak. Dan boneka itu mengenai tahi
kucing. Ketika kucing itu menghadap ke belakang untuk melihat kotorannya,
kucing pun kaget tiba-tiba kotorannya berubah jadi boneka. Kucing itu
memegang-megang bonekanya dan mengambus-ngambus, kemudian menguburnya dengan
tanah, seperti halnya mengubur kotorannya setelah dikeluarkan.
Terdengar suara tangisan dari arah selatan, dengan
sigap anak laki-laki itu menoleh ke sumber suara. Ternyata ada anak perempuan
yang sedang duduk sambil menangis.
“Apakah anak itu menangisi bonekanya?”, gumamnya dalam
hati. Dengan segera ia melarikan diri karena khawatir akan dilaporkan ke orang
tuanya karena telah menendang bonekanya. Di tengah-tengah larinya muncul
perasaan kasihan terhadap anak perempuan itu, kemudian langsung mencari boneka
yang telah ditendang tadi. Beberapa menit kemudian ia tak kunjung menemukan.
Ia melihat seekor kucing yang sedang sibuk mengubur sesuatu anak laki-laki itu mencoba mendekati kucing itu dan bertanya,
“apa yang kau lakukan cing?”, tanpa sengaja dia melihat kaki boneka yang belum dikubur oleh si kucing itu.
Segera ia mengambilnya, tidak tau kalau boneka tersebut sudah tercampur dengan kotorannya. ia langsung membawa boneka tersebut untuk diberikan kepada pemiliknya yaitu anak perempuan yang sedang menangis tadi, tanpa mengecek kondisi bonekanya.
“Hallo adik!”, sapanya.
Anak perempuan itu menoleh perlahan
“Apakah ini boneka milikmu?”, tanya anak laki-laki
sambil menunjukkan bonekanya. Anak perempuan itu melihat bonekanya sebentar
kemudian berlari.
“Dik jangan lari aku minta maaf karena telah menendang
bonekamu tadi..!”, teriak anak lali-laki sambil mengejarnya.
Tidak lama anak perempuan itu berhenti kemudian
berjalan menuju rumah kecil yang sangat kotor. Ia duduk di kursi yang ruang
tamu yang penuh debu.
“Eh, kursinya kotor jangan diduduki”, kata anak laki-itu melarang.
Namun anak perempuan itu tetap nekat duduk, akhirnya debu
dari kursi tersebu berhamburan ke seluruh ruangan.
“Ini boneka milikmu?”, tanyanya lagi. Anak perempuan
itu mengangguk sambil menunjuk bonekanya dan menangis.
“Apa kamu tidak bisa bicara?”, tanya anak laki-laki itu penasaran. Ia menggelengkan kepala. Setelah melihat bonekanya ternyata ada kotoran yag menempel. Kemudian anak laki-laki itu mencium bonekanya.
“Week, bau tahi kucing”, serunya sambil memonyongkan bibirnya karena menahan baunya yang sangat menyengat.
Anak perempuan itu menunjuk boneka itu lagi kemudian
mengarahkan ke ruangan kecil yang pintunya telah terbuka dan
menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.
“Apakah kamu menyuruhku memasukkan boneka ini ke ruang
itu kemudian menghancurkannya?”, tanyanya bingung.
Karena anak laki-laki itu merasa kelamaan, jadi dia
langsung menuju ke ruangan kecil itu. Padahal anak perempuan itu akan menunjukkan
bahwa orang yang telah merusak bonekanya telah masuk ke ruangan itu. Tapi
ketika dia akan beranjak menghentikannya, tubuhnya terpaku seperti ada yang
mengikatnya dengan kursi yang didudukinya.
Anak laki-laki itu terus bersikeras mendekati ruangan
itu. Saat akan memasukkan bonekanya kedalam ruangan itu, tiba-tiba ada sesuatu
yang muncul sekilas didalam pandangannya. Karena penasaran dan tanpa rasa
takut, ia nekat langsung masuk kedalam ruangan. Dilihatlah tumpukan barang
seperti sudah tidak terpakai yang hampir memenuhi ruangan.
Boneka tadi yang telah dia pegang tiba-tiba hilang dari
tangannya, dia hanya mengira kalau mungkin jatuh waktu dia masuk tadi. Tanpa
sadar pintunya telah tertutup dengan sendirinya. Dia heran dan rasa ketakutan
mulai muncul dalam dirinya.
Tolong.. tolong..!, teriak anak itu ketakutan.
Ia telah
berusaha membuka pintunya dengan sekuat tenaga, namun tidak berhasil bahkan
teriakannya tidak ada respon sama sekali.
Anak perempuan itu juga tidak mendengar suara
teriakannya sama sekali dan masih terpaku di kursi sambil melamun seperti telah
kerasukan roh jahat.
*Rumah kecil itu adalah bekas pondok milik seorang
kakek yang sudah berusia 70-an, beliau tinggal sendirian. Pada tahun 1980-an
kakek mengajar ngaji di rumah itu, bahkan jumlah muridnya sudah cukup banyak.
Sering sekali muridnya menginap di rumah itu karena ingin mendengarkan kisah
para Nabi yang selalu kakek ceritakan setiap sebelum tidur.
Pada suatu pagi salah satu murid laki-laki kakek yang
bernama Munir tiba-tiba kejang-kejang padahal bedasarkan informasi dari orang
tuanya sebelumnya tidak menyimpan penyakit apapun, akhirnya Munir meninggal
dunia dirumah itu. Mulai dari kejadian itulah murid-murid lainnya tidak berani
menginap karena takut akan terjadi hal itu kepada mereka. Bahkan kegiatan
mengaji di siang hari juga sedikit demi sedikit muridnya berkurang karena tidak
berani berangkat dan akhirnya habis.
Dari situ kakek bersedih dan merenung setiap hari,
hanya karena satu kejadian muridnya meninggalkan kakek satu per satu. Ada apa
dengan rumah ini?.
Akhirnya kamar yang biasa dibuat tidur anak-anak
dijadikan gudang oleh kakek, semua barang-barang bekasnya dimasukkan ke dalam
kamar tersebut. Dan kakek memutuskan untuk meninggalkan rumah itu begitu saja
tanpa ada pesan sama sekali untuk tetangga ataupun keluarga jauhnya.
Lama-kelamaan tetangga yang dulunya dekat dengan
kakek ikut pindah rumah karena ketakutan.
Karya: Nur Alfu Khoiriah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar